Diposting oleh
Aditya
"A Thousand Years, It's Over"
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
By: AditRizal
By: AditRizal
Cinta tak pernah diundang, kapanpun dan dimanapun mereka bisa tumbuh
tanpa ditanamkan benih-benih dalam hati sebelumnya. Saat kamu merasa
nyaman maka kamu selalu ingin di dekatnya, berbincang bersama panjang
lebar melewati waktu tanpa sadar berlalu begitu cepat.
‘Masa pacaranku hanya sampai umur 25 tahun, tinggal 3 tahun lagi. Aku
harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin bersamanya, wanita yang aku
cintai. Aku sedikit iri pada pasangan-pasangan remaja begitu santai
menikmati hubungan mereka tanpa ditakuti batas waktu untuk hidup seperti
yang aku alami’
Naruto melamunkan takdirnya, dia selalu mengucap syukur pada Tuhan
karena sampai diumurnya yang sekarang dia masih bisa menatap laut biru
yang berwarna akibat pembiasan sinar matahari, menemani kekasih tercinta
di akhir perkiraan kematian yang sudah semakin dekat.
***
“Aku baru punya 23 teman di akun. Membosankan” Ucap wanita berambut
indigo yang bermalas-malasan tidur di ranjangnya. Melenggangkan betis
dengan posisi telungkup. Mata lavender pucat itu masih menatap layar
laptop berwarna casing purple –warna kesukaannya- mengklik mouse
beberapa kali pada tulisan ‘add friend’
Juni 2010
Di kelasnya sedang ramai membicarakan salah satu social network bernama
facebook. Anak-anak SMA jaman sekarang pada canggih, mereka akan merasa
‘keren’ jika bisa memiliki banyak teman di dunia maya tersebut.
“Minta alamat e-mailnya dong, nanti aku add” Pinta Kiba, siswa yang
pertama kali mempopulerkan untuk chatting via facebook di kelas 1-D
“Aku tidak punya akun fb” Jawab Hinata, lekas mengalihkan pandangan dari wajah si pria
“Uh, kamu kampungan sekali Hinata”
“Untuk apa juga komunikasi hanya melalui teknologi, seperti robot”
“Ini udah masuk era 20, sudah tidak jamannya mengirim surat ke orang
jauh. Lebih gampang melalui internet” Kiba terlihat sok tahu orangnya,
padahal dia tidak jauh lebih pintar dari Hinata dalam hal pelajaran
“Apa peduliku”
Hanya dalam hitungan hari semua otak anak murid Yamaboshi Academy
terjangkit virus global yang sangat cepat menjalar ke setiap kelas.
Hanya Hinata yang belum sempat masuk ke perkumpulan orang ‘gaul’ di
lingkungannya
“Eh eh, lihat deh statusku sekarang berpacaran dengan Sai” Ino
menyodorkan ponsel miliknya ke hadapan Hinata dan Tenten yang sedang
makan siang di kantin sekolah
“Ciecie, kenalan darimana tuh?” Tanya Tenten
“Aku baru kenal dia di facebook, orangnya romantis sering mengirimkan
kata-kata puitis ke wall akunku” Terlihat girang setelah lama menjomblo
akhirnya Ino bisa melepas status lajangnya
“Akan aku suruh Neji untuk bikin akun juga deh biar bisa mencantumkan
hubunganku dengannya” Sejenak Tenten berhenti berucap “..Kamu dan Neji
ngga punya komputer di rumah?” Matanya menatap pada Hinata
‘Mengejekku? Komputer berderet lusinan di kamar’ Hinata bergumam dalam hatinya “Kita berdua punya komputer masing-masing”
“Tapi kok ngga ikutan buat fb, gaptek ya?”
“Malas aja” Hinata melanjutkan memakan cokelat cinnamon rolls
“Kalau ngga tahu caranya berteman di dunia maya , aku bisa bantu”
“Aku bisa sendiri, Tenten. Kamu urus aja kakakku, cerewet” Dengan nada menaik Hinata meninggalkan meja
“Diajak ngobrol baik-baik malah marah”
“Kamu juga sih, Hinata kan ngga suka ditanya beberapa kali, paling
sensitif” Tegas Ino, dia sudah sangat hafal kepribadian anak sulung
Hyuuga
...
“Kalian merendahkanku hanya karena ngga punya akun facebook? Akan aku
tunjukkan kalau aku bukan termasuk orang yang gagap teknologi” Hinata
masih mengingat argumen dengan Tenten. Sepulang sekolah diambil komputer
non-cabel miliknya, ditancapkan modem ke USB dan langsung menuliskan
satu alamat di address bar google.
Setelah Hinata menekkan tuts enter, muncul satu tampilan dengan tulisan
‘Welcome to Facebok’. Di sebelah kanan ada satu formulir bentuk isian
data bagi yang pertama kali ingin mendaftar.
“Akan kutulis nama asliku saja biar mereka percaya” Hinata iseng mengisi
pertanyaan-pertanyaan mudah itu dengan sangat jujur, mulai dari nama
depan, nama belakang, tanggal lahir, jenis kelamin dan email serta
password.
Loading..
‘Segera cek kotak masuk email dan klik link untuk memverifikasi akun’
“Tuh kan, aku bahkan tidak perlu meminta bantuanmu, Tenten. Ini sangat mudah”
Setelah akun yang bernama Hyuuga Hinata terbuat, dia mulai melihat-lihat
opsi dari aplikasi itu. Mengupload foto asli yang diambil dari kamera
handphone dengan wajah tersenyum dan rambut digeraikan.
“Tinggal mencari teman saja, tapi aku akan mencari orang yang tidak aku
kenal sepertinya akan mengasyikkan” Ujar Hinata. Sembari melanjutkan
browsing dia mengambil cemilan dari dapur dan kembali ke kamarnya
Jari telunjuk menempel di dagu “Aha―” Terlintas satu nama yang ingin dia
cari “R-y-u a-m-a-k-u-s-a” Dengan suara mengeja Hinata memijit tombol
keyboard.
Tidak hanya satu akun yang memiliki nama Ryu Amakusa. Itu adalah
karakter favorit Hinata dari serial Detective School Q, pria berambut
ungu seperti warna mata milik Hinata itu menjadikannya fanatik terhadap
anime.
“Whoaa, ini semuanya pasti suka juga dengan chara idolaku” Tersungging satu senyuman di wajah manisnya
Hinata mulai membuka satu demi satu profil pemilik akun, ada yang
menuliskan data lengkapnya secara gamblang dan beberapa menutup
penjelasan pribadi dirinya.
Lima akun sudah dikirimkan permintaan, Hinata berniat mendapatkan lebih
banyak teman baru lagi sebelum diberitahukan pada Tenten.
“Apa yang harus aku tulis disini?” Biography miliknya masih kosong
“Haruskah aku menulis banyak hal tentangku atau kubiarkan seadanya?”
Masih ragu, jari-jarinya berhenti bergerak
Tiba-tiba angka 1 berwarna merah muncul di icon seperti bulatan globe di pojok kiri atas.
“Ini apa?”
Tertulis disana ‘Ryu Amakusa menerima permintaan pertemanan anda. Kirim pesan ke dinding Ryu Amakusa bla bla bla’
“Oh jadi setiap ada friend requestku yang diaccept akan muncul pemberitahuan” Kepala Hinata mengangguk kecil
Satu bulan memasuki dunia virtual, Hinata seakan termakan omongannya
sendiri yang pada saat awal meremehkan asyiknya mengobrol tanpa
bertatapan muka langsung dengan banyak orang. Dia terhanyut kesenangan
berbincang memberi komentar pada status-status milik temannya di beranda
facebook.
Sampai suatu ketika dia melihat status seseorang yang menggunakan bahasa
inggris, berbeda dari milik orang lain yang menuliskan huruf
kanji-katakana.
“Faseh sekali bahasa inggrisnya” Hinata tertarik untuk lebih mengetahui sosok pemilik akun bernama Amakusa Ryu itu.
Semua status yang dituliskan berbahasa asing tapi dia memajang gambar
Ryousuke Yamada yang menjadi pemeran Ryu Amakusa di dorama Tantei Gakuen
Q live action di foto profilnya.
‘Hello’ Hinata memberi satu pesan private untuknya. Ya dia juga tahu
pasti pesan itu tidak akan langsung dijawab oleh Ryu-kun tapi setidaknya
dia ingin mengobrol sedikit dengan orang asing itu.
***
“Wah kamu sudah punya 1.034 friends? Kapan kamu mulai membuat akun?”
Tenten terkejut melihat Hinata selangkah lebih depan darinya yang
kemarin-kemarin diremehkan.
“Aku berkenalan dengan banyak otakku lovers loh” Digeser layar iPad
kearah bawah, memperlihatkan satu grup pecinta manga yang sekarang
sedang Hinata gandrungi untuk melebarkan pengetahuan tentang anime.
“Eh itu ada pesan baru untukmu” Tenten menunjuk ke arah layar. Jarang
sekali Hinata menerima inbox, karena penasaran dia segera membuka tanda
merah itu
‘Hello too..’ Jawaban yang singkat dari sapaan yang Hinata mulai beberapa hari yang lalu
Hinata mengalihkan layar iPadnya ke dekapan dada, tak membiarkan seorangpun tahu.
“Siapa itu?” Tenten mencoba menguntit dari sisi tubuh Hinata
“Bukan siapa-siapa, aku akan pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku sejarah. Jaa”
“Tingkah lakunya aneh sekali”
Hinata merasa senang, Ryu-kun nama panggilan untuk pria misterius itu,
akhirnya membalas pesan.Selain bahasa Jepang, Hinata juga sedikit
mengerti bahasa Inggris dan Jerman.
Memasuki ruang sepi –perpustakaan- ditemani buku-buku bisu yang berjajar
rapih di rak, Hinata duduk di salah satu kursi dan kembali membuka
History di mesin pencari google.
“Ryu-kun sedang online” Lekas menuliskan beberapa kalimat untuk membalas
‘Are you the one of the Ryu Amakusa fans?’ Hinata langsung menuju topik yang ingin dipertanyakan
Jari telunjuk hinata mengetuk-ngetuk meja, menunggu.
‘Yes, I like Ryu Amakusa. Because He rarely smile like my Dad’ Pria itu sepertinya ramah.
‘I also thought the same, he has a hair color like the color of my eyes’
Bahasa inggris sederhana sehingga Hinata tidak membutuhkan kamus. ‘Can
you speak Japanese?’
‘I can but a little. You are right, you have purple coloured eyes’
Hinata tersenyum sendiri dengan iPad ‘Haha.. Bye the way may I know what’s your real name, Ryu-kun?’
Dia bukan mencoba menginterogasi hanya saja saat pertama kali kenal yang kita ingin tahu diawal adalah nama, iya kan?
‘My name is Naruto Uzumaki. Nice to meet you’
Perkenalan singkat dua manusia yang berbeda Negara. Naruto tinggal di
Inggris, dia blasteran England-Japan, sesekali datang ke Jepang untuk
menjenguk kampung halaman ibunya.
Dengan keterbatasan bahasa Hinata sering keceplosan berbicara bahasa
jepang tapi Naruto mengerti, dia hanya tidak lihai menuliskan huruf
kanji.
Hinata sangat rajin membuka akun facebooknya untuk menunggu pesan baru
dari Ryu-kun. sampai lupa meminta foto asli milik Naruto yang belum
pernah diupload ke album.
'Naruto-kun, aku ingin melihat wajahmu' Di sela-sela percakapan Hinata meminta satu hal
'Akan aku ganti foto profil dengan foto asliku, nanti'
Hinata kira dia akan melihat pria misterius itu sekarang, ternyata ada tambahan kata 'nanti' di akhir kalimatnya
'Kapan? Kamu curang sudah melihat fotoku lebih dulu tapi aku belum
pernah melihat wajahmu' Dengan sedikit paksaan Hinata membalas email.
Bukan hanya di jejaring social facebook saja Hinata berbagi berita
dengan Ryu-kun, mereka berdua bertukar alamat e-mail supaya memudahkan
membalas pesan.
Kesabaran mencapai batas, Hinata membanting ponselnya ke kasur
‘apa Ryu-kun tidak mau aku tahu tentangnya meskipun sekedar gambar
potretan paras aslinya?’ Lampu pemberitahuan pada ponsel Hinata belum
menyala, memberi arti tidak ada lagi pesan yang masuk.
***
Di tengah kesibukan rutinitas dan kegiatan liburan musim panas, Hinata
fokus pada tugas-tugas yang diberi oleh Kurenai-sensei, secara dia
adalah anggota OSIS di sekolah. Memiliki kewajiban mengatur kelancaran
acara yang akan dilakukan seminggu kedepan.
Malam api unggun sebelum liburan berakhir di Okiyama, kelas 1-D
merayakan acara menari dansa dan tarian tradisional Jepang. Tapi Hinata
menyisihkan diri di sisi taman, duduk di bangku beton sendiri
mengutak-atik ponsel yang bergetar di tengah pesta.
‘Apa kamu marah, Hinata?’
Email yang baru saja diterima setelah sebulan miscommunication dengan pria itu
“Aku sedang tidak mood berbicara denganmu” Ditekan tombol nonaktif untuk mematikan handphone.
Sakura berjalan ke arahnya “Kamu tidak ikut ngedance?” Wanita berambut pirang ikut duduk di celah kursi yang masih kosong
“Aku mengantuk, Sakura sendiri kenapa tidak ikut gabung bersama Ino?”
“Dia sedang ketemuan dengan pacarnya yang dia kenal dari social network, pria itu tinggal di daerah sini juga”
‘Ino beruntung meskipun baru kenal sudah bisa bertemu’ Tanpa sadar
Hinata teringat bahwa dirinya juga sedang dekat dengan seseorang yang
jauh dimata
Hinata mengubah isi pikirannya, tidak perlu marah terlalu lama untuk Ryu-kun toh hanya karena masalah foto saja.
Tengtengteng, drrttt. Suara ringtone pemberitahuan pesan masuk.
‘Aku sudah mengganti foto profilku’
Hinata membaca dengan seksama, Ryu-kun ternyata memikirkan hal yang dia pinta.
Lekas secepat kilat membuka internet dan memasukkan alamat email serta
kata sandi, Hinata terlalu gegabah kegirangan mengetahui berita itu yang
sudah hampir 30 menit berlalu.
Mencari akun bernama ‘Amakusa Ryu’
Hasilnya tidak ditemukan.
“Namanya kok ngga ada?” Tanya Hinata sedikit gugup
Mengklik riwayat inbox di akunnya, disana ada satu nama baru.
“Oh, dia mengubah nama akun. Aku pikir dia meng-unfriendku” Mengusap dada
Foto yang dijanjikan oleh si pria misterius sudah berganti, Naruto
Uzumaki, sekarang dia memakai nama aslinya. Gambar pria berambut pirang
sedang tersenyum lebar bersama dua pria berdiri disampingnya.
‘Kamu pasti yang rambut pirang’ Hinata mengirim email re: re: no title to amakusa_ryu@*******
“Uh, dia kawaii sekali” Wajah Hinata berbunga-bunga
Beberapa menit kemudian balasan masuk menimbulkan suara nyaring di ponsel Hinata
‘Iya’ Jawabnya, pendek
‘Lalu itu yang duanya siapa? Temanmu?’
‘Yang rambut hitam namanya Sasuke dan yang berdiri di tengah Gaara. Itu
aku ambil fotonya di toko baju milik Gaara, dia seorang pembisnis’ Tukas
Naruto
‘Aku suka bibirmu, tipis. Kamu cute banget sih, Hihi’ Titik dua D
‘Jangan memanggilku dengan sebutan imut, aku bukan seorang wanita’
Setiap orang yang memandang foto itu pasti akan berkata hal yang sama
namun Naruto sudah sering mendengar panggilan ‘kawaii’ yang membuatnya
jengkel
‘Gomen―’
Hinata sesekali berdiri mengitari ranjangnya sambil tersenyum kecil,
tidak peduli dengan teman-teman yang sedang suka cita menari di taman.
‘Boleh tidak aku jujur?’
Hinata menyipitkan mata ramping ‘Boleh, tidak perlu bertanya dulu kalau mau bilang jujur’
‘Aku ingin kamu menjadi wanita spesialku’
Pesan diterima hari Sabtu malam pukul 7.22
Hinata berpikir sebentar, bukankah kalimat itu meminta Hinata untuk menjadi pacarnya?
‘Kenapa tidak?’ balas Hinata
Tanpa bertemu langsung mereka berdua kini menjalin hubungan. Teratur
memberi pesan setiap hari, bertanya ‘what are you doing?’ ‘have you
eaten?’ Ya, pria itu selalu bertanya seperti itu di awal percakapan
“Kenapa Naruto belum membalas emailku?” Muncul wajah khawatir, Hinata saat itu akan menghadapi ujian semester awal di kelas 2.
‘Naruto-kun, doakan aku ya semoga aku bisa mengerjakan soal-soal dengan
mudah’ Begitulah pesan yang Hinata kirimkan sebelum berangkat ke
sekolah.
Kini Hinata semakin bersemangat untuk mendapatkan nilai terbaik supaya dia bisa menyombongkan diri di depan pacar jauhnya.
“Kamu masih dengan pria bule itu?” Tanya Ino saat pulang dari sekolah.
Satu minggu ujian sekolah sudah selesai. Hinata bisa menghirup udara
bebas tinggal menunggu hasil.
“Iya, baru 2 bulan aku jadian dengan Naruto-kun” Jawab Hinata sambil menggoyangkan tubuhnya
“Kapan dia akan menemuimu? Sai saja langsung datang untuk bertemu
denganku jauh-jauh dari kota seberang, aku masih meragukan pria itu
Hinata”
“Aku percaya pada Naruto-kun. Sai kan tinggal di Jepang juga, beda
dengan Naruto-kun yang tinggal di Eropa. Tapi seminggu ini dia tidak
memberiku kabar” Gemercik air di sungai kecil terdengar sendu seperti
perasaan Hinata
“Kamu tidak pernah curiga dia punya pacar lagi?” Ino lebih memperhatikan dibanding Hinata yang menjalani kisah cintanya sendiri
“Belum pernah tuh, aku bilang aku percaya pada Naruto-kun. Aku setia disini menunggu waktu yang tepat untuk bertemu”
“Ya ya, terserah kamu. Aku hanya mengingatkan untuk lebih berhati-hati terhadap orang yang belum pernah kita temui”
***
‘Salam kenal, aku teman dekat Naruto. Dia tidak bisa membalas pesanmu
karena sedang dirawat di rumah sakit. Jantungnya semakin memburuk, dia
pingsan selama beberapa hari namun kamu tidak perlu khawatir, keadaan
Naruto sudah membaik.
Dari Sasuke Uchiha’
Email dengan nama baru muncul di layar ponsel Hinata, dia sempat diberitahu oleh Naruto tentang temannya yang bernama Sasuke.
“Jantung? Memangnya Naruto kenapa?” Keluar bening-bening air mata dari mata lavender miliknya
‘Bagaimana kamu bisa tahu alamat emailku? Naruto-kun apa punya penyakit jantung? Aku tidak tahu kalau dia sedang sakit’
‘Dia menyuruhku untuk menyampaikan pesan. Tubuhnya lemah tidak bisa
bergerak sementara. Dobe belum cerita padamu kalau dia memiliki heart
failure diseas? Sejak dia SMA dia mulai merasakan sesak di dadanya
setiap kali berolahraga’
Rasa tidak percaya bahwa sang kekasih sedang mengadu nasib berjuang
melawan penyakit mematikan yang sebelumnya tidak pernah diberitahukan
padanya. Panik, Hinata menangis memeluk bantal memojokkan diri di kamar
gelap tanpa penerangan
‘Terima kasih, Sasuke-san. Aku akan menunggu kabar darinya’
Sasuke dan Hinata mengobrol dengan bahasa jepang, sepertinya dia asli
Japanese-people yang satu kampus di Harvard university bersama Naruto
Mata Hinata terasa bengkak setelah semalam penuh menangis, hidungnya terasa pengap berwarna merah.
‘I'm sorry, too late to reply a message from you. Sasuke said you worry
about me, do not cry Hinata. I'm fine now’ Naruto teringat pada Hinata
yang pasti merindukannya.
‘Naruto-kun, I don’t want you die..’
Mata sapphire milik sang pria memanas, air mata tercipta akibat pesan singkat yang diterimanya
‘I won’t leave you alone, Hinata’
‘My heart is your heart, as long as I'm alive you will stay there on this world’
Gagal jantung adalah penyakit dimana seseorang memiliki jantung yang
tidak berfungsi dengan normal dalam memompa darah, detaknya sangat
lambat seperti orang yang sedang tidur, membuat tubuh itu bekerja keras
dari biasanya.
Satu tahun Hinata bersama Naruto, meskipun jarang berkomunikasi karena
long distance dan kesibukan Naruto mengikuti kuliahnya namun mereka
berkomitmen untuk tetap setia.
“Hinata, ada bingkisan untukmu” Ayahnya, Hiyashi, memanggil dari lorong ruang tamu
Hinata berlari kecil ke arah teriakan “Paket dari siapa ayah?”
“Disini tulisannya Naruto Uzu, uzu apa sih alpabhet gini jadi ngga
ngerti” Mencoba membaca nama pengirim yang tertulis di depan box persegi
panjang besar itu
'Ah, itu─' Hinata mengambil paketnya segera “Ini dari temanku, Yah. Akan aku buka di kamar aja” Meninggalkan pria itu sendiri
Naruto pernah menanyakan alamat rumah kediaman Hyuuga, dia berniat memberi kado manis yang pasti disukai oleh Hinata
“Bonekanya besar sekali, aaaa―” Dipeluk Teddy Bear doll pink bersyal itu, di dadanya bertuliskan Love
Hinata segera mengirimkan pesan ‘Arigatou gozaimasu, Naruto-kun.. I like this doll, I will hug it everynight’
‘You’are welcome, honey.. I want to meet you on December because my Mom
and My Dad weren’t busy. Maybe on 13th I could go to Japan’
‘Aku pasti akan sangat senang bertemu denganmu, Naruto-kun’
Semua bayang-bayang indah berubah, sampai di akhir tahun Hinata tidak
mendapatkan berita akan kedatangan Naruto yang sudah lama dia tunggu.
‘Naruto-kun, kalau kamu sedang sakit aku bisa mengerti. Tuhan selalu melindungimu, terus berjuang’
Pesan-pesan dukungan diberikan oleh Hinata. Kerinduan memuncak setelah
hampir 367 hari dia putus komunikasi dengan Naruto. Hinata masih percaya
padanya, dia mengerti tentang penyakit mematikan yang dimiliki Naruto,
selama dalam penantian Hinata berpikir bahwa Naruto sedang dirawat di
rumah sakit. Tidak pernah satu kali pun Hinata memiliki pikiran negatif
Naruto akan menduakan cintanya.
‘Aku lelah, Naruto..’ Ujar Hinata dalam hati
***
“Kita bisa melakukan operasi transplantasi jantung besok. Jantung yang
sama dengan milik Naruto sudah ditemukan, keluarga pendonor memberi ijin
untuk mengambil jantung anaknya yang sedang dalam akhir ajal” Tsunade
adalah dokter spesialis jantung yang merawat Naruto di rumah sakit
Konoha.
“Benar dok? Yokatta” Kushina memeluk tubuh anak sematawayangnya yang kini akhirnya bisa menemukan jantung yang cocok
“Persiapkan dirimu anak kecil, jangan terlalu banyak memikirkan masalah.
Kamu harus dalam keadaan baik saat menjalani bedah jantung” Saran
Tsunade
“Baik dokter, sankyu”
Naruto sudah pernah melakukan operasi bypass sebelumnya, di bagian dada
depan terdapat bekas jahitan dari dada atas sampai batas perut. Dia
tidak gugup melihat dokter menyuntikan cairan obat bius pada tubuhnya.
Mata itu terlelap, menutup sementara.
Hampir 8 Jam pintu ruangan belum terbuka, Kushina dan Minato berdoa
supaya operasi jantung Naruto berjalan lancar tanpa hambatan. Berharap
anaknya kelak akan lebih sehat setelah mendapatkan jantung baru.
CEKLEK. Terdengar pintu besi dibuka oleh seseorang dari dalam
Tsunade yang berpakaian serba hijau membuka masker yang menutupi mulutnya.
“Ba-bagimana operasinya dok?”
“Naruto, bagaimana keadaannya?”
“Selamat, dia sudah melewati masa-masa koma. Sekarang biarkan dia
istirahat sebentar” Tsunade memberi senyuman bahagia pada pasangan suami
istri di depannya
Masa penyembuhan Naruto untuk beradaptasi dengan jantung baru kini
tinggal terapi dan luka jahitannya mengering. Dua garis bekas operasi
akan menjadi saksi perjuangan hidupnya yang telah beranjak ke 25 tahun.
Ting tong..
Bel berbunyi di salah satu rumah desain sederhana namun luas di pusat
kota. Pemilik rumah menyaut dari dalam, membuka gerbang kayu dan
bertanya “Anda siapa?” Tanya Hanabi, gadis kecil berambut panjang dan
bermata pucat khas clan keluarga Hyuuga
“Kamu sangat mirip dengan Hinata” secara terbata-bata mengucapkan bahasa jepang menyapa gadis itu
“Anda kenal dengan kakakku?”
“Hanabi, tamunya kenapa tidak dipersilahkan masuk―” Hiyashi muncul dari
belakang tubuh Hanabi, menatap pada pria di depan rumahnya “Ada
keperluan apa, dek?”
“Pasti ayahnya Hinata, ya? Aku Naruto, pacarnya” Menyodorkan tangan
Kedua Hyuuga itu diam, terlihat kesedihan di wajah mereka
“Maaf, Hinata sudah meninggal 3 bulan yang lalu”
“Hinata-nee chan pernah bercerita tentang dia, ayah” Sahut Hanabi, menarik-narik lengan kimono Hiyashi
“Meninggal?”
Naruto duduk di kursi ruang tamu, mendengarkan penjelasan dari Hiyashi saat-saat terakhir Hinata hidup.
“Hinata-nee chan menyuruhku untuk menyimpan buku diary ini. Meskipun
tanpa seijinnya, aku harap Naruto-san membaca isinya” Diberikan satu
buku bersampul warna ungu bergambar bunga mawar oleh Hanabi pada Naruto
“Ha-hai” Naruto menerima barang itu
Dibuka perlahan sebelum melihat lebih jauh, Naruto masih belum percaya bahwa Hinata sudah meninggalkannya
Dear Diary, 03 Februari
Hari ini aku tertawa sampai mengeluarkan air mata setelah mendengar
cerita tentang Naruto-kun di rumah sakit. Dia mengikuti perintahku untuk
hanya memakai celana dalam sebelum tidur supaya tidak insomnia, tapi
besok paginya suster perawat berteriak histeris melihat tubuh Naruto
yang telanjang. Haha..
Dear Diary, 17 Maret
Dia sangat lama membalas email dariku, aku marah karena aku merindukannya. Sangat merindukannya..
Dear Diary, 02 Oktober
Happy Anniversarry 2nd, Naruto-kun. Walaupun kamu tidak mengucapkan
selamat di hari jadian kita, aku akan mengingat hari memorial ini
Berpuluh-puluh lembar berisi kata hati Hinata yang dicurahkan dalam tulisan, semuanya hanya menjelaskan tentang Naruto.
“Satu hari sebelum Hinata meninggal dia mengirim pesan padaku, aku
menyesal tidak membalasnya..” Naruto menyembunyikan kepalanya tertunduk
kedalam lutut.
***
Hinata ragu, memasukkan dan mengambil ponsel miliknya beberapa kali dari
saku jaket. Tangan kirinya memegang stang sepeda, di dalam keranjang
depan ditaruh es krim yang baru saja dia beli sore itu.
Hinata mulai mengetik ulang tulisan
‘Naruto-kun, aku tidak menyesal sudah menyukaimu. Aku bersyukur sekali
kita belum pernah bertemu karena itu akan membuatku lebih mudah untuk
menyembuhkan rasa sakit dihatiku. Jaga dirimu baik-baik, aku pikir kita
berakhir saja sampai disini. Aku tidak bisa menunggu seseorang yang tak
ada kabarnya sama sekali. Apa kamu meninggal? Tidak adakah temanmu atau
keluargamu yang ingin memberitahuku?
Kita mengenal dari dunia maya, tentu akan berakhir juga bukan di dunia nyata.
Sayonara..'
Plang pembatas saat kereta api akan lewat di jalan itu mulai menurun,
selesai mengirimkan email Hinata berlari menyebrangi pembatas itu
sebelum kereta panjang mengulur waktunya semakin lama.
Sepeda Hinata terjatuh mengenai jalan rel, Hinata menoleh sebentar untuk mengambil kendaraannya namun―
DUGGG
Bagian depan kereta api menabrak tubuh Hinata sangat keras, membuatnya terpental ke jalanan menghantam aspal.
“Dia tidak mungkin tertolong lagi, tulang belakang dan otaknya hancur”
Dokter Shizune yang menangani korban tabrak yang baru saja masuk ke
ruang UGD hanya bisa menggelengkan kepala
“Tidakkah dokter berusaha dulu, lihat Hinata berdarah terlalu banyak,
dia bisa mati kehabisan darah!” Neji menarik kerah kemeja sang dokter
“Tenanglah Neji” Hiyashi juga pasti merasa sangat khawatir, namun dia tidak mengekspresikannya seperti Neji, kakak Hinata
“Dok, detak jantung pasien dibawah normal”
“Ambil peralatan darurat!”
Semua orang-orang disana kebingungan, garis detak jantung semakin menurun.
TIT―
Shizune melangkah mundur
“HINATA!!!” Neji terisak menangis tak seperti biasanya, memeluk tubuh tak bernyawa.
“Jika anda menyetujui, jantung milik anak gadis anda akan kita donorkan
ke salah satu pasien pemilik gagal jantung yang sedang sekarat” Shizune
mengambil percakapan pribadi bersama Hiyashi di luar kamar
“Hinata pasti akan bersedia untuk menolong kehidupan orang lain, dia
anak yang baik dimataku” Mata pria tua itu berkaca-kaca, mengambil nafas
“Aku setuju”
Jantung yang didonorkan pada Naruto adalah milik Hinata yang baru saja
meninggal. Dia tidak diberitahu oleh pihak rumah sakit tentang siapa
yang menjadi relawan menyelamatkan umur pendeknya yang divonis satu
tahun lagi akan meninggal.
‘Jantungku adalah jantungmu..’
Kita tidak pernah tahu cinta itu berawal darimana, bahkan dari dunia virtual cinta itu bisa menghampiri seseorang..
THE END
Komentar
Posting Komentar